Mezra E. Pellondou
Jika Kau Cuma Mengembara
Jika kau cuma mengembara di bumi Tuhan ini
Maka kau tidak akan pernah mengerti
arah jalan pulang
Jka kau cuma mengembarai seluruh lekuk dunia ini
Maka kau tak akan pernah memiliki tempat untuk
meletakkan napasmu
Jika dalam pengembaraanmu kau tidak pernah lapar dan haus
Maka kau tidak akan pernah menemukan cara bagaimana mengasihi
Mengungsilah!
kau akan segera merasakan
Betapa miskinnya diri
kau akan segera bersujud
Menemukan jalan pulang
Merasakan lapar dan dahaga
agar kau paham ke mana kau dapat
meletakkan napasmu
Kupang, 9 Juni 2017
Mezra E. Pellondou
Membusuklah dalam Sujudmu
Hai daun,marilah sujud pada akar
Mengungsilah di sana
Membusuklah!
Sebab akan tiba saatnya
embaramu pada cabang-cabang pohon
patah satu-satu
agar pohon tetap kokoh
Hai ranting paling tinggi
Janganlah pernah merasa bersalah
Memohon angin hempaskan daun-daun rantingmu
Berguguran dan mengungsi pada tanah
Hai buah yang ranum
Hasil pengembaraanmu adalah keindahan benih
Tapi tak cukup cuma itu
Membusuklah dalam tanah
Sujudlah!
Dalam pengungsian yang membusuk
Sebiji benih akan tumbuh tunas
Jika tidak kau cuma jadi sampah
Setiap detak hidup adalah pengungsian
Daun dan benih pada tanah
Membusuklah dalam sujud!
Kupang, 11 Juni 2017
Mezra E. Pellondou
Rahasia Usia
Mendekatlah usia, mendekatlah!
peluklah aku lebih erat
kupaslah satu-satu bulir-bulir pengembaraan ini
supaya rahasia hidup terus jadi milikmu
dalam pengungsianku
aku akan jadi bongkol telanjang tak berbulir
agar aku ingat sembayang dalam ungsiku
Mendekatlah usia, mendekatlah!
mari kita berciuman lama sekali
karena dengan cara itu aku semakin mengerti
bahwa jalan pulang bagi sang pengungsi
hanya sehembusan napas Tuhan
Kupang, 13 Juni 2017
Mezra E. Pellondou
Sembahyang Pengungsi
Apa yang bisa diucapkan dalam sembahyang pengungsi
Selain, “Ya, Allah jauhkanlah aku dari pengembaraan yang sia-sia”
amin
Kupang, 14 Juni 2017
Mezra E. Pellondou, Penggagas sekaligus pendiri Uma Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM) dan juga penggerak literasi. Lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 21 Oktober 1969. Menggeluti penulisan puisi, cerpen, novel dan ulasan sastra. Memperoleh sejumlah penghargaan karya sastra, Pemenang Pertama Nasional Penghargaan Sastra untuk Pendidik (2012) dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Nasional Republik Indonesia. Penerima Penghargaan NTT Academia Award 2013 kategori Sastra dan Humaniora khusus penulisan puisi. Tulisannya berupa puisi banyak dimuat di media dan antologi bersama. Buku puisinya Kekasih Sunyiku (2013), Tujuhpuluhkalitujuhkali (2016), dan Likurai dari Negeri yang Membatu (2017).